Coretan Kerinduan pada Mamah (Ibu)

Malam ini terasa heningnya, sehingga tangan ini menggapai sebuah tombol yang berisi huruf dan angka serta simbol-simbol, dan kugerakan tanganku sembari mata mengalirkan air mata kerinduan. Ibu aku Rindu, rindu kepadamu. kerinduan ini bersamaan dengan hilangnya seorang tokoh bangsa yang besar jasanya kepada NKRI ini, ia menjadi pengokoh kebhinekaan. KH. Achmad Hasyim Muzadi dipanggil oleh sang pencipta. sang pemilik nya. kejadian ini mengingatkan ku pada masa-masa yang lalu. dimana aku juga ditinggalkan oleh seorang yang paling kucintai dalam hidup ini, ia adalah pahlawan sejati bagiku. ia adalah sandaran hidupku. IBU AKU RINDU. IBU AKU RINDU.....

Tak terasa 16 Tahun engkau meninggalkan kami, saat usiaku baru 16 Tahun, yang mana pada saat itu adalah saat dimana aku sedang menapaki pendidikan tingkat atas. aku teringat saat engkau di jemput oleh kakek ke Palembang, saat itu aku dan adik-adikku diharuskan tinggal dirumah karena ibu tidak mau pendidikan anaknya terganggu, akupun menuruti akan nasehatnya. aku bersama adik tinggal dirumah sementara, mamah, bapak dan kakek berangkat kepalembang, dari raut wajah mamah terpancar wajah kesedihan yang mendalam ketika harus meninggalkan anaknya yang pada saat itu usianya masih belum cukup dewasa untuk mengurus dirinya, namun semua itu ibu relakan demi kesembuhan ibu. tepat pukul 11 siang, mamah berangkat ke palembang dengan menaiki kendaraan umum. kala itu untuk tiba dipalembang harus di tempuh dengan waktu kurang lebih 18 jam, berbeda dengan saat ini dapat  ditempuh hanya dengan 12 jam. setelah mamah naik ke atas kendaraan, aku merasa ada yang aneh padanya. entah apa, aku tak dapat menjawabnya. namun itu semua aku anggap sebagai pemikiranku saja yang merasa takut kehilangannya. aku relakan mamah berangkat kepalembang. 

Sepeninggalnya keluargaku kepalembang, tanggung jawab mengurus rumah, memasak, mempersiapkan adik-adik sekolah menjadi tanggung jawabku. pada waktu itu adik yang pertama baru menginjak kelas 2 smp sementara adikku yang kedua menginjak kelas 3 SD. 

selang beberapa hari ada utusan yang di utus dari pelembang untuk menjemput kami, ia adalah adik dari mamahku. ia mengajak kami untuk berangkat kepalembang. ia berkata bahwa mamah dan bapak akan menyampaikan wasiat. dari kata-kata paman itu, aku dapat menangkap ada sebuah tanda tanya besar, akupun bergegas menyiapkan baju aku dan adi-adikku. tanpa berpikir panjang kamipun mengiyakan ajakan paman untuk berangkat kepalembang, namun sepanjang jalan saya tidak pernah tenang. yang nampak sepanjang jalan adalah makam, makam, makam. mungkin ini sebagai pertanda, karena dua malam sebelum kami dijemput oleh paman, saya pada malam itu tidak dapat memejamkan mata, teringat akan mamah terus menerus. 

sesampainya kami di rumah kakek, saya sebagai anak terbesar langsung memeluk bapak, dan bapakpun memeluk kami bertiga, kata-kata yang terucap dari mulut saya adalah "dimana mamah pak"?, " Dimana mamah pak?. bapak menjawab, kamu makan dulu, nanti kita nemui mamah, air mata sudah terbendung lagi semakin deras mengalir. dan sayapun langsung merebahkan badan, menandakan ketidak sanggupan saya untuk menerima kenyataan ini, benar saja saya dihibur oleh bapak denga  diajak-ajak keliling kampung sambil mencari bunga tujuh rupa. kecurigaan saya semakin menjadi. sesampainya kembali dirumah sepulang keliling kampung, ayah bercerita. jika mamah telah tenang di alam sana, mamah berada di tempat yang nyaman, karena ia diantar oleh sanak family, keluarga, tetangga serta masyarakat kampung. terasa petir menyambar disiang hari, sayapun tidak sanggup lagi menahan keseimbangan fisik, yang membuat saya tergeletak lemah, lunglai, tak berdaya, dengan dipapah akhirnya kami mendatangi tempat peristirahatan mamah yang terakhir yaitu di pemakaman di Palembang, disana saya semakin lemah. subhanallah. subhanallah. ya Allah Ampunilah dosa mamah selama beliau hidup di dunia, Terimalah amal Ibadahnya. jadikan ia ahli syurga. amiin. mamah kami sangat menyayangimu, kami sangat merindukanmu, kami kangen akan belai mesramu. mamah anak-anakmu kini telah berkeluarga semua, alhamdulilah berkat didikan mamah kami bisa seperti ini, walau mamah tak dapat melihat secara langsung, namun saya yakin mamah memperhatikan kami. Mamah tulisan ini saya tulis sebagai ungkapan rasa cinta anak-anakmu. Lihatlah mamah. anakmu kini telah mandiri, telah menjadi manusia yang tak bergantung lagi pada bapak. dan pada saat tulisan ini saya tulis. usia bapak sudah 60 tahun. semoga Bapak juga dipanjangkan usianya. selalu sehat,,,, amiin... amiin 

saya pajang photo saya sebagai bentuk kecintaan saya padamu mah....

0 Response to "Coretan Kerinduan pada Mamah (Ibu)"

Post a Comment

Komentar kawan-kawan agar sopan, serta tidak berbau sara..